Apa yang
terlintas di benak kita saat mendengar kata 'Golden Rule'? Bagi banyak orang,
khususnya generasi muda Z, belum ada tanggapan pasti. Masih kurangnya kesadaran
bahwa Aturan Emas, atau dikenal sebagai Etika Timbal Balik, mendorong toleransi
dan perilaku hormat. Bertindak terhadap orang lain seperti yang ingin kita
lakukan terhadap diri kita sendiri akan memberikan landasan bagi rasa hormat
dan kesopanan. Nilai universal dengan kesamaan dalam semua agama ini disorot
dalam film dokumenter, “The Golden Rule: Do Unto Others..."
“Saya
mengapresiasi film ‘The Golden Rule: Do Unto Others…’ dan mendukung inisiatif
yang mengedepankan toleransi dan martabat bagi semua orang,” ujar Gibran
Rakabuming Raka, Walikota Surakarta kepada wartawan yang hadir.
Meskipun
Surakarta telah lama dikenal sebagai kota yang kaya akan budaya dan keberagaman,
kota ini mendapat tantangan untuk mengatasi meningkatnya prasangka dan
perselisihan. Namun, di bawah kepemimpinan dan komitmen Walikota Gibran
Surakarta telah diakui pencapaian indeks toleransi yang luar biasa.
Wali Kota
Gibran, dengan pendekatan inklusif dan inovatif dalam interaksi komunal, telah
memberikan kontribusi signifikan dalam membentuk Surakarta menjadi kota yang
lebih toleran dan harmonis. Sejak masa jabatan pertamanya, Wali Kota Gibran
telah menunjukkan komitmen yang kuat terhadap prinsip toleransi dan
keberagaman.
Salah satu
strategi utama yang diterapkan Wali Kota Gibran berfokus pada pendidikan dan
diluar jangkauan. Program-program yang dirancang di bawah kepemimpinannya
memberikan penekanan khusus pada pentingnya kerukunan dan toleransi antar
warga. Melalui pendidikan kurikulum di sekolah dan kegiatan masyarakat, pesan
tentang pentingnya menghargai perbedaan dan hidup berdampingan secara damai pun
terus disampaikan.
Selain itu,
Wali Kota Gibran juga mendorong dialog antar komunitas yang berbeda untuk
menciptakan ruang di mana warga dapat bertemu dan bertukar pikiran tentang
isu-isu dan pengalaman hidup mereka. Dalam berbagai kesempatan, Wali Kota
Gibran terlihat menghadiri dialog-dialog tersebut, menunjukkan bahwa dirinya
bukan hanya pemimpin yang mengarahkan dari atas, namun juga terjun langsung ke
masyarakat.
Prestasi
lain yang diraih Wali Kota Gibran adalah dalam pengelolaan kebijakan publik
yang dicanangkannya. Terkait dengan setiap kebijakan yang dipertimbangkan,
terdapat upaya untuk memastikan seluruh kelompok masyarakat terwakili dan
kepentingannya terakomodir dengan sebaik-baiknya. Hal ini telah menciptakan
rasa keadilan dan kesetaraan sosial yang lebih luas, yang merupakan landasan
penting untuk membangun toleransi.
Penting juga
untuk mengingat keunikan Surakarta, yaitu budayanya. Di bawah kepemimpinan Wali
Kota Gibran, kebudayaan Surakarta tidak hanya dilestarikan, namun juga menjadi
sarana untuk meningkatkan toleransi. Melalui festival budaya, pameran dan
pertunjukan seni, keberagaman di Surakarta ditunjukkan dengan rasa hormat dan
bermartabat, sebuah pengaruh yang menyatukan dan bukannya memisahkan.
Wali Kota
Gibran juga menggunakan teknologi dan platform media sosial untuk menyebarkan
pesan-pesan toleransi. Dengan menggunakan platform tersebut, ia berhasil
menjangkau khalayak yang lebih luas, terutama generasi muda, yang merupakan
kunci dalam memastikan keberlangsungan nilai-nilai kemanusiaan.
Meningkatkan
indeks toleransi bukanlah tugas yang mudah dan membutuhkan kerja keras yang
terus-menerus dan dedikasi. Namun apa yang dicapai Wali Kota Gibran bersama
masyarakat Surakarta patut diapresiasi. Surakarta tidak hanya menjadi contoh
bagi kota-kota lain di Indonesia Indonesia dalam hal toleransi, namun juga bagi
banyak kota di dunia. Peningkatan indeks toleransi di Surakarta bukan sekadar
angka. Ini adalah sebuah cerminan suasana kehidupan sehari-hari yang lebih
damai, harmonis dan menghormati perbedaan. Ini adalah bukti bahwa ketika
kepemimpinan yang tepat dipadukan dengan keinginan masyarakat yang kuat untuk
hidup berdampingan, perubahan positif bisa terjadi.
Keberhasilan
ini juga memberikan peluang bagi Surakarta untuk menjadi panutan mengelola
keharmonisan dan keberagaman sosial. Dengan kepemimpinan yang terus berinovasi dan
masyarakat yang terus mendukung, Surakarta mempunyai potensi untuk menjadi
seperti itu paradigma penting untuk mengembangkan toleransi dan keharmonisan
sosial.
Oleh karena
itu, Visions of Peace Initiative (VOPI), sebuah organisasi internasional yang telah
menerima banyak nominasi Hadiah Nobel Perdamaian, telah memilih untuk mengakui
Surakarta dengan penghargaan Kota Toleransi Terbaik di Indonesia.
Visions of
Peace Initiative, melalui program-programnya telah mengajarkan lebih dari
400.000 peserta di Indonesia untuk menganut nilai-nilai universal antaragama
dan kesopanan sosial yang dikenal sebagai Aturan Emas, 'Lakukan kepada orang
lain sebagaimana Anda ingin mereka memperlakukan Anda.'
Visions of
Peace Initiative yang bersifat nirlaba berkomitmen untuk memotivasi masyarakat
Indonesia pemuda, berusia 5 tahun hingga 18 tahun, untuk menggunakan bakat
seninya untuk menyebarluaskan ide dan berbagi perspektif tentang toleransi,
perdamaian, dan rasa hormat terhadap kemanusiaan. Sekolah, panti asuhan dan organisasi
sosial yang mewakili semua agama dandenominasi etnis, telah berpartisipasi
dalam lebih dari 200 Visions Peace Initiative acara dan program.
Menanggapi
komitmen Walikota Gibran untuk mengedepankan toleransi dan rasa hormat, kota
Surakarta dipilih untuk menyoroti Visions of Peace Initiative dalam rangka
memperingati Hari Kelahiran Pancasila 2024. Perayaannya termasuk pemutaran film
“The Golden Rule: Do Unto Others…” untuk siswa usia sekolah menengah atas serta
orang dewasa yang diikuti dengan pertanyaan dan diskusi. Selain itu, siswa yang
lebih muda juga berkesempatan untuk mempresentasikan ekspresi dan visi mereka
untuk masa depan yang damai melalui modalitas seni pilihan mereka.
Princess Dr.
Cheryl, pendiri Visions of Peace Initiative, ketika ditanya tentang perayaan
Hari Raya Pancasila berkomentar, “Tanggal 1 Juni adalah hari libur nasional
bagi masyarakat Indonesia. Ini adalah saat negara merefleksikan Pancasila,
Ideologi nasional, yang membentuk landasan nasional dan menjadi pedoman hidup
bernegara Ini merupakan penegasan 'Aturan Emas: Perbuatlah terhadap orang lain
sebagaimana kamu ingin berbuat terhadap dirimu sendiri', sebuah nilai universal
yang menjadi inti setiap keyakinan dan agama. ”
Princess Dr.
Cheryl, mengakhiri dengan optimis, “Saya ingin memuji Wali Kota Gibran, yang
ketika ia mulai menjabat menghadapi sebuah kota dengan reputasi kekerasan dan
terorisme. Ia berkomitmen dan dengan sepenuh hati mengabdikan dirinya untuk
mengubah citra kota Surakarta. Saat ini Surakarta adalah kota yang penuh
toleransi. Saya doakan semoga wali kota lainnya di setiap kepulauan republik
ini mengikuti inisiatif dan arahan yang telah beliau ambil sebagai Wali Kota
Surakarta.'
Dan, saya
berharap ketika Wali Kota Gibran memangku jabatan nasional sebagai Wakil
Presiden Indonesia, beliau akan terus menjadi teladan bagi toleransi, perilaku
sipil, dan keharmonisan sosial di seluruh Republik dan sekitarnya.”***
0 Komentar